Kiat Membangun Hubungan Harmonis dengan Mertua

Setelah menikah orang tua suami adalah orang tua kita juga. Lalu bagaimanakah kiat membangun hubungan harmonis dengan mertua? Simak di sini yuk.

Mertua bukan musuh. Kiat membangun hubungan dengan mertua

Sebelum melangkah ke jenjang pernikahan saya sering banget dengar cerita terkait hubungan antara mertua dan menantu terutama ibu mertua dan menantu perempuan yang sering terlibat perselisihan, kurang harmonis dan tidak akur.  Ibu mertua yang nggak suka sama menantu perempuannya sehingga apa pun yang dilakukan si menantu selalu dijelek-jelekkan di hadapan anaknya. 

Tak jarang pula ada ibu mertua yang memang cerewet dan doyan ikut campur urusan rumah tangga anaknya sehingga menjelma konflik antara si anak dan istrinya. Kalau di sinetron yang pernah saya lihat di salah satu stasiun TV swasta lain lagi ceritanya. 

Lebih sering menampilkan jalan cerita dimana si menantu perempuan yang sering menjelek-jelekkan ibu mertua di hadapan suaminya malah si menantu sampai tega memperlakukan ibu mertuanya dengan kasar. Ah, cerita tersebut kan cuma sinetron. Tapi yang namanya sinetron kan berangkat dari kisah nyata yang dilebih-lebihkan *eh

Apa memang  hubungan menantu perempuan dan ibu mertua selalu seperti itu?

Menurut penelitian yang saya kutip di artikel kompas dari sekitar 60 persen pernikahan para menantu memiliki ketegangan hubungan dengan ibu mertua, baik menantu perempuan dengan ibu dari suaminya atau menantu pria dengan ibu dari istrinya. Campur tangan ibu mertua seringkali menjadi penyebab dari ketegangan tersebut. Akan tetapi jika kita memiliki sikap positif dan menunjukkan rasa hormat kepada ibu mertua, umumnya hubungan tersebut akan membaik.

Artinya bukan menantu perempuan saja yang memiliki ketegangan dengan ibu mertua (ibu dari istrinya) menantu lelaki pun tidak lepas dari ketegangan dengan ibu mertua (ibu dari istrinya). Berarti masalahnya memang ada di ibu mertua, kan?

Ya nggak gitu juga kali. Bisa saja masalah yang datang justru dari menantu perempuan tapi apa pun masalahnya jujur saja cerita-cerita tersebut nyaris berhasil memengaruhi pola pikiran saya. Image mertua jadi buruk di mata saya. Saya sampai wanti-wanti dalam memilih pasangan hidup. Nggak mau asal terima pasangan begitu saja. 

Paling tidak sebelum melanjutkan proses ta'aruf saya harus dapat kepastian lebih dulu, orang tua terutama ibunya ridho nggak sama saya. Kalau nggak ya sudah. Saya masih bisa ta'aruf dengan bakal calon yang lain yang ibunya ridho menerima saya sebagai menantu walau kemungkinan dapetnya kecil sih, haha.

Masalahnya bila sejak awal orang tua nggak ridho dan nggak bisa menerima kita sebagai istri dari anak lelakinya imbasnya bakal lari ke hubungan kita dengan orang tua pasca nikah. 

Efeknya bukan hubungan kita sebagai menantu dengan mertua saja yang kurang harmonis, hubungan anak dengan orang tua pun bisa jadi renggang karena pernikahan yang dipaksakan tanpa ridho orang tua atau orang tua yang terpaksa meridhoi karena anaknya keukeh mempertahankan pasangan hidup yang sesuai dengan pilihan hatinya. 

Makanya saya nggak pro banget dengan pasangan yang menikah hanya karena cinta sekali pun orang tua kedua belah pihak tidak menyetujui. Padahal sejatinya ikatan pernikahan tidak dilandasi oleh cinta sebab di atas cinta masih ada tujuan yang sangat mulia yang seharusnya menjadi tujuan utama bagi setiap pasangan yang hendak menggenapkan separuh agamanya. 

Yakni, meraih ridho Ilahi. Tapi bagaimana bisa Allah ridho dengan pernikahan yang tidak diridhoi orang tua. Ridho Allah kan tergantung ridho orang tua. Kalau orang tua ridho, Allah pun pasti meridhoi.

Ridho orang tua yang saya maksud di sini adalah ridho yang sesuai syariat. Ya, saya juga nggak pro banget dengan orang tua yang menentang pernikahan anaknya karena penilaian duniawi semata. 

Misal ada lelaki baik yang nyaris tidak pernah meninggalkan shalat berjamaahnya di mesjid datang ke rumah orang tua yang anak perempuannya hendak ia lamar tapi lantaran tidak punya pekerjaan tetap lamaran lelaki tersebut ditolak alias tidak diridhoi sama orang tua perempuan. Kalau kayak gini ceritanya mah jelas Allah nggak ridho. Rasul pun ikut memeringati agar jangan sampai ada orang tua atau wali dari anak perempuan yang menolak lamaran lelaki baik nan shalih sebab bila ditolak sungguh akan terjadi fitnah di muka bumi dan kerusakan yang besar.

Kembali ke pertanyataan yang saya kutip dari artikel kompas yang memberi pengecualian jika kita memiliki sikap positif dan rasa hormat kepada ibu mertua, umumnya hubungan antara menantu dan mertuanya akan membaik. 

Well, barangkali selain tidak adanya ridho orang tua, kedua hal tersebut sering diabaikan oleh menantu. Karena ibu mertua sikapnya negatif, kita juga ikutan bersikap negatif. Karena ibu mertua tidak peduli, kita juga ikutan bersikap acuh alias tidak menghormati beliau, akibatnya hubungan yang sejak awal kurang harmonis bertambah parah, menjadi tidak harmanonis sama sekali.

Duh, jangankan pasangan yang sejak awal tidak diridhoi pernikahannya, pasangan yang pernikahannya diridhoi pun tidak lepas dari ketegangan dengan ibu mertua. Oleh karena itu membangun citra yang baik dua diantaranya dengan bersikap positif dan menaruh rasa hormat di hadapan mertua sebaiknya sudah dimulai semenjak berstatus calon menantu aka semenjak dikhitbah agar ketika telah SAH sebagai menantu kita tidak perlu lagi susah payah membangun keharmonisan kan "hati" mertua sudah berhasil kita rebut tinggal diupayakan tetap awet. 

Jangan  semasa masih jadi calon menantu saja kita berlagak manis di depannya eh sekalinya sudah menikah sikap kita berubah drastis. Serasa ingin menguasai suami sepenuhnya padahal meski suami telah hidup bersama kita selamanya dia adalah anak lelaki milik ibunya.

Baca juga  Hal-Hal yang Perlu Dipertimbangkan Ketika Memutuskan Tinggal di atau Pindah dari Rumah Mertua

Nah, perasaan yang seperti itu yang kerap menjadi akar masalah sehingga hubungan menantu dan mertua terutama menantu perempuan dan ibu mertuanya susah harmonis. 

Senada dengan pendapat psikolog Dr Sheila Rossan yang mengatakan bahwa masalah utama yang biasanya dialami menantu perempuan dan ibu mertua adalah perasaan bersaing. Menurutnya, jika sang ibu masih sangat ikut campur dengan urusan putranya setelah menikah, anda jadi merasa hanya sebagai wanita kedua dalam hidup suami anda. Padahal F. Diane Barth, L.C.S.W. seorang psychotherapist dari New York mengatakan bahwa hubungan Anda dengan mertua sangat memengaruhi hubungan Anda dan pasangan.

I agree, hubungan kita dengan mertua memang sangat memengaruhi hubungan kita dengan suami. Kalau sedikit saja ada konflik dengan mertua dampaknya juga bakal menimpa rumah tangga kita. Ada lho rumah tangga yang penghuninya cekcok melulu karena menantu yang nggak cocok dengan mertuanya, ada pula suami yang tidak respek dengan istrinya karena si istri yang tidak mau mengalah, selalu bertentangan dengan ibunya. Ada pula suami yang hubungan dengan orang tuanya menjadi renggang karena hubungan istri dan ibunya tak akur bahkan ada pula pasangan suami istri yang akhirnya berpisah karena hubungan dengan mertua yang tak harmonis.

Amat disayangkan bila kasus-kasus tersebut ikut menimpa keluarga kecil kita. Oleh karena itu membangun keharmonisan dengan mertua sangatlah penting.

Kiat membangun hubungan harmonis dengan mertua

Berikut saran Diane Barth terkait kita menantu dalam membangun hubungan harmonis dengan mertua ;

Terima ibu mertua apa adanya karena ia kini sudah menjadi bagian dari hidupmu 

Ya sebagaimana kita bisa menerima suami apa adanya dengan segala kekurangan dan kelebihannya maka kita pun harus bisa menerima ibu mertua apa adanya dengan segala sikapnya sebab keduanya adalah satu paket tidak bisa dipisah-pisahkan.

Terlebih posisi mertua dalam agama Islam adalah sama dengan orang tua kita. Selayaknya kita diperintahkan berbakti dan memuliakan orang tua maka perintah yang sama pun berlaku untuk mertua. Kita pun wajib untuk berbakti dan memuliakan mereka. 

Terutama ibu. Sebab ibu memiliki keutamaan tiga kali di atas seorang ayah. Ya meski ada sikap ibu mertua yang bikin kita sebel dan kesel usahakan jangan sampai terlibat perang dingin dengan beliau. Misal dengan mendiamkannya. Sebaliknya, jika ibu mertua yang mendiamkan ya kita harus tetap bersikap normal, tetap mengajaknya ngobrol walau kurang ditanggapi. Intinya sebagai menantu, kesabaran ekstra yang kudu kita persiapkan bukan hanya saat menghadapi anak-anak, kadang-kadang kita juga harus banyak bersabar menghadapi mertua yang karakternya mungkin jauh berbeda dengan karakter orang tua kita.

Respect

Hargai perbedaan dan batasan antara kita dan mertua. Jadi setelah bisa menerima keadaan mertua kita memang harus berusaha memahami dan menyamakan sudut pandang kita dengan beliau. Sebab boleh jadi ada hal-hal yang kita pandang baik namun dalam pandangan mertua nggak baik. 

Atau barangkali ada kebiasaan-kebiasaan di rumah mertua yang tidak sama dengan kebiasaan-kebiasaan di rumah kita maka kita yang harus menghargai atau sebisa mungkin menyesuaikan diri dengan kebiasaan di lingkungan rumah suami. Kalau pun ada hal-hal yang bertentangan dengan pemikiran kita boleh dibicarakan baik-baik dengan bahasa yang lembut dan halus baik lewat suami atau langsung ke mertua. 

Komunikasikan dengan baik. Usahakan jangan sampai terjadi miss komunikasi antara kita, suami dan mertua. Sebab akibatnya bakal fatal bila sampai terjadi kesalahpahaman. Suami nangkapnya lain, ibu mertua juga nangkapnya lain. Wah bisa gawat, kan?

Apresiasi hal positif yang dilakukan ibu mertua.

Misalnya saat ibu mertua datang ke rumah kita dan ingin membantu pekerjaan seperti ikut membantu memasak. Ucapkan terima kasih padanya, sekecil apapun hal yang dilakukannya. 

Puji juga jika ada hal darinya yang memang layak untuk kamu puji--bukan untuk 'menjilat', ya! Ibu mertua pasti akan sangat tersanjung bila sering-sering dipuji oleh menantu. Perkataan-perkataan kecil seperti ini kelihatannya memang sepele tapi dampaknya besar dan positif lho. Jadi jangan pelit mengucapkan terima kasih dan sungkan memuji ibu mertua kita.

Jangan ragu untuk meminta saran ibu mertua

Waktu masih tinggal di rumah orang tua saya seringnya sih minta pendapat mertua mengenai masakanku dengan kalimat tanya seperti ini apakah sayurnya kurang garam atau rasanya sudah pas di lidah? 

Tidak ada yang salah dengan kalimat tanya tersebut tapi sebaiknya kita balik situasinya dengan bertanya, “Bu, aku boleh minta resep kapurung yang ibu bikin kemarin nggak? Soalnya rasanya enak banget.” Menurut Diane dengan cara ini akan membuat ibu mertua merasa terlibat dan berkontribusi dalam hidup keluarga kita.

Jangan lupa untuk rajin mengunjungi rumah ibu mertua

Terutama jika ia sering tiba-tiba muncul di rumah kita tanpa memberi tahu sebelumnya. Mungkin itu tandanya ia merasa kita dan suami kurang memerhatikannya. Nah, ini dia. Meski sudah nggak tinggal bareng mertua dan memilih tinggal di rumah kosan bukan berarti kita nggak perlu lagi berkunjung ke rumah mereka. 

Sebagai anak, kita tetap punya kewajiban mengunjungi rumah orang tua atau mertua. Apalagi bila jarak dari rumah kita ke rumah mereka masih terjangkau. Kalau jarak dari rumah kosan saya ke rumah mertua memang beda kota namun masih terjangkau dengan perjalanan darat yang memakan waktu kurang lebih sejaman sehingga saya dan suami merutinkan maksimal berkunjung ke rumah mertua saya tiap weekend atau minimal sekali sebulan. 

Jarak tempat tinggal kami ke rumah mertua suami yang jauhnya tak terjangkau dengan perjalanan darat sebab beda pulau. Kami harus naik kapal pelni selama hampir sepekan atau naik pesawat dengan dua kali penerbangan dengan lamanya perjalanan hanya beberapa jam namun budgetnya itu lho. 

Berkali-kali lipat dari uang sewa rumah kos kami tiap bulannya, sehingga sangat tidak memungkinkan bagi kami untuk berkunjung ke rumah mertua suami dalam jangka waktu bulanan. Sebagai gantinya kami usahakan agar komunikasi dengan mereka tetap terjaga.

Demikian kiat membangun hubungan harmonis dengan mertua yang dapat kita praktikkan. Bagi reader yang punya kita lain boleh sharing di komentar :)

#ODOPOKT21

Tulisan ini diikutsertakan dalam program One Day One Post Blogger Muslimah Indonesia



2 komentar untuk "Kiat Membangun Hubungan Harmonis dengan Mertua"

Comment Author Avatar
Makasih usah share ya mbk. Aku noted, mana tw berguna kalo udh nikah nanti. Btw, udh lama kayanya g kesini hehe
Comment Author Avatar
Semoga nanti saya bisa jadi mertua idaman karena saya sudah merasakan jadi menantu hihi

Terima kasih telah berkunjung dan meninggalkan jejak di Kamar Kenangan @siskadwyta. Mudah-mudahan postingan saya bisa bermanfaat dan menginspirasi kamu :)

Note :

Maaf komen yang brokenlink akan saya hapus jadi pastikan komentar kamu tidak meninggalkan brokenlink ya.